Nampak ada perubahan besar pada Hawin. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.“Si Nina, yang tadi. Bokep india Hari itu memang masih pagi, baru pukul 11.00 siang, belum ada yang datang, baru aku saja.Aku menanti dengan debaran jantung yang membuncah-buncah. Aku tidak tahan. Ia menyenggol kepala juniorku. Tapi kakiku saja yang seperti memagari tubuhnya. Aku meringis merasai sentuhan kulit jarinya. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Kedua kali ia memasukkan jari tangannya. Ya sekarang..!” pintanya penuh manja.Tetapi mendadak bunyi telepon di ruang depan berdering. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Atau jangan-jangan ia tidak masuk ke salon ini, hanya pura-pura masuk. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh.Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Auhh aku mau keluar ah.., Yang tolloong..!” dia mendesah keras.Lalu ia bangkit dan pergi secepatnya.“Yang.., cepat-cepat berkemas. Tapi masih terhalang kain celana. Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus.
