“Sempat lihat yang duduk-duduk tadi, pak? Live bokep Dijamin oke. Dewi, si resepsionis membuka salah satu pintu, menyalakan lampu dan AC yang bunyinya sudah seperti mesin diesel. Windu berbaring menelungkup di ranjang berlapis seprei putih yang masih bau pewangi. Windu hanya tersenyum kaku sambil terus naik ke atas tangga, berbelok ke kiri menuju deretan kamar berpintu. Nafasnya masih memburu, di sela-sela isak tangisnya. Celana pendeknya tersangkut sesuatu benda kenyal yang mulai menegang. Semuanya tak digubrisnya. “Bangsat! Mau keluar, malu. Dewi, si resepsionis membuka salah satu pintu, menyalakan lampu dan AC yang bunyinya sudah seperti mesin diesel. Kalau mau servis ekstra langsung ke mereka. Ia terus berjalan dan berjalan menjauh dari rumah keparat itu.“Kenapa?” pertanyaan itu terus mengalir tidak henti-henti di kepalanya. Tubuhnya terbujur kaku, batang kemaluannya yang terbungkus karet berdenyut-denyut tidak menentu. Tapi yang keluar justru suara gemetar. Isi kepalanya sudah penuh dengan berbagai pikiran yang paling jorok. Sepasang benda kenyal menempel di punggungnya. “Ah!” sejenak Windu terpekik merasakan kehangatan mulut si mungil di batang kemaluannya, apalagi saat mulut itu mulai mengulum. Tak dihiraukan panggilan teman-temannya yang sedang nongkrong di warung indomie depan kos-kosannya. Ia terduduk di pinggir tempat tidurnya yang penuh dengan majalah porno.
