Lalu aku terbang ke alam fantasi. “Kamju sudah pernah melakukannya?”
“Uh, apa? Xnxx bokep Paul Anka? Kamu akan mengantarku pulang, bukan?”
“Tentu saja. “Ahkk,” erangku. Genggamannya di batang kemaluanku terlepas. Lalu aku terbang ke alam fantasi. “Tenang,” bisiknya. Aku baru sadar, bahwa jarak antara wajahku dengan wajahnya hanya sekitar tiga puluh senti. “Hey, kamu akan mengamati terus?” ia berkata sambil tertawa. Jangan dulu…aahhkk…”
“Shiitt !!” erangku memaki, lalu melepaskan tubuhku dari pelukannya. Pahanya dan betis yang putih terlihat saat ia mengangkat sebelah kakinya ke atas kaki yang lain. Kurasakan kehangatan kulitnya dan kelembutan tubuhnya membuatku nyaman. Aku tersenyum dan mengangguk. Nafsuku tak tertahan lagi, kuputar tubuhku menghadapnya, dan kupeluk ia. Aku tak tahu apa yang ada di pikirannya-dan di pikiranku juga. Kutepis lengannya. “Jangan ! “rumahmu di mana?”
“Terus saja sampai ke simpang Semangka.”
“Baiklah.” Itu saja. Ia melepaskan tangannya. “Nice,” ia berbisik di pipiku. “Kamu akan menghilang besok pagi?” Kudengar ia tertawa lirih. Jangan buatku kecewa.”
Aku tertawa dan bangkit dari sofa, lalu mendekatinya.
