Malamnya, hujan lebat mengguyur Jakarta. Tapi sekarang, kalau boleh saya ingin melayani Kakak…” Aku mengangkat wajah.Menatap wajah tampan itu, menjadi Arjunaku dalam hidup. Xnxx bokep Buka…” Aku menaikkan kakiku, kedua telapak kaki persis di pinggir meja. Satu sendok teh saja. Keluar lagi. Selesai semua pekerjaan, aku melihat Kak Edo baru saja menyelesaikan makannya.“Minum kopi?” tanyaku.Bapak biasa minum kopi di sore hari begini, kalau ada di rumah. Vaginaku yg licin terpampang di hadapannya. Kekuatannya. Ia menatapku dengan bingung. Aku menundukkan wajahku. Aku duduk di hadapan Kak Edo.“Naikin kakinya. Bagaimana aku dapat memanggilnya sebagai kekasih, walaupun kini aku mencintainya dengan seluruh tubuh dan jiwaku?“Aku cinta padamu,” Kak Edo duduk di tepi ranjangnya. Kepala bulat licin itu mencari jalan menguak bibir vaginaku. Tapi aku tersenyum lebar, dengan mata basah, aku berbisik di telinganya,“Kak Edo… saya kini milikmu.”
“Sayaannnggg….” desahan berat itu menggetarkan jiwaku. Di sanalah aku menangis sejadi-jadinya, hingga lelah dan ketiduran. Kami sudah, well, sering nonton pasangan yg begituan di sana sini. Ah, khayalan yg tdk akan pernah terwujud… tapi kukira aku masih boleh berkhayal, bukan? Aku merasa… sakit. Kak Edo membuka matanya.