Sudah tiga tahun, benda ini tak kurasakan Sayang. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Bokep live Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Tidak pasang wajah perangnya.“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.Begitu kebetulankah ini? Tetapi, bayangan itu terganggu. Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya.“Mau dipijat atau mau baca,” ujarnya ramah mengambil majalah dari hadapanku, “Ayo tengkurep..!”Tangannya mulai mengoleskan cream ke atas punggungku. Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Masak tidak ada yang bisa dibicarakan. Kuusap sisa cream. Ayo cepat ia hampir selesai membersihkan belakang paha. Suara itu lagi. Nampak ada perubahan besar pada Wien. Aku mengurungkan niatku. Bergantian Wien kini telentang.“Pijit saya Mas..!” katanya melenguh.Kujilati payudaranya, ia melenguh. Pasti terburu-buru. Bagiku itu sudah jauh lebih nikmat daripada bercerita. “Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Napasnya tersengal. Ya, seseorang toh dapat saja lupa pada sesuatu, juga pada sapu tangan. Aku masih di atas angkot. Di balik kain tipis, celana pantai ini ia sebetulnya bisa melihat arah turun naik Si Junior. Ke mana ia? Bodoh, bodoh, bodoh. Lalu menyentuh Junior dengan sisi luar jari tangannya. Aku tahu di mana ruangannya.
