“Sini, kakak mandiin,” ujar Kak Sekar menawarkan bantuan. Opo durung ngerti yen Simbah arep tindak menyang Semarang?” [“Lho, apa belum tahu kalau Nenek mau pergi ke Semarang?”-pen.]
“Enggak..” jawabku asal saja, karena aku masih kesal saat di paksa pulang bersama Kak Sekar. Link bokep Jadi, rupanya, selama ini, Nenek melakukan ritual ‘cabut jembut’, hal yang tentu saja memberiku andil yang cukup besar kelak di kemudian hari, hingga menjadikanku bereputasi sebagai balita tercabul di kota kami. Jadi meski sudah memicingkan mata, tetap saja obyek yang sedang ku amati tampak kabur. Rinai hujan di luar rumah masih terdengar agak riuh, meski tak selebat tadi. Tapi tetap saja ada yang terasa mengganjal di sela-sela selangkanganku. Tak ada yang istimewa, seperti bayanganku semula, di mana kupikir, pasti agak aneh dan.. Atau,
“Wah.. “Dari kamar mandi,” jawabku sekenanya. Rupanya, hilang juga kesabarannya, dan ia tak mau lagi mencoba menangkapku. Ngilu dan menyakitkan. Lega tak terperi yang aku rasakan, sesaat setelah buang hajat kecil, begitulah perasaan yang ada padaku, ketika mampu menelanjangi Nenek, orang yang jikalau dalam posisi sadar amat kusegani dan kuhormati. Orang bilang, mungkin ini yang di sebut Post-powersyndrome. Mbak Sekar tersenyum melihat kelakuanku.