Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Bokep india Duduk di tepi dipan. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh.Sekarang hitung penumpang angkot dan supir. Dingin. Langkahku semangat lagi. Ah.., selangkanganku disentuh lagi, diremas, lalu ia menjamah betisku, dan selesai.Ia berlalu ke ruangan sebelah setelah membereskan cream. Jari tangan mulai dingin. Tunggu apa lagi. Shit! Ia berlutut mengelap paha bagian belakang. Garis setrikaannya masih terlihat. Benarkan kesempatan itu lewat. Wanita muda itu mengikuti di belakang. Kaki disandarkan di dinding. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.Darahku mendesir. Aku pun segan memulai cerita.Dipijat seperti ini lebih nikmat diam meresapi remasan, sentuhan kulitnya. Matanya dikerlingkan, bersamaan masuknya mobil lain di belakang angkot. Yes. Pokoknya turun.“Kiri Bang..!”Aku lalu menuju salon. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Ketika menjangkau pantatku ia agak mendekat.Bau tubuhnya tercium. suara itu lagi, suara wanita setengah baya yang kali ini karena mendung tidak lagi ada keringat di lehernya. Ini kesempatan kedua. Begini saja daripada repot-repot. Aku menurut saja. Perempuan paruh baya itu pun masih duduk di depanku. Ini gara-gara ibuku menyuruh pergi ke rumah Tante Wanti.
