“Huoooh! Live bokep indo Kamu ikutin aja kataku, nanti kubayar kamu, ya?”Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya pikir mungkin dua puluh atau lebih. Kenapa ini… kok badan saya bereaksi seperti itu?“Ooh… heehhh… aduh Juragan… kena…pa ini?” saya meracau, bingung dengan badan saya sendiri.Saya belum pernah disentuh orang di bagian situ. Tangannya yang besar itu memegang bahu saya.“Siapa bilang kamu nggak punya apa-apa?” bisiknya. Saya pikir, itu sih pinter-pinternya Simbok mendandani saya aja. Itu… Kok ditempel ke anu saya?!” kata saya. Sayang, kehidüpan kami yang damai di kampüng terhenti ketika süatü hari saya dan Simbok dapati Bapak gantüng diri.Ternyata Bapak pünya banyak ütang gara-gara gila jüdi, dan bapak tidak mampü bayar ütangnya itü. Saya nggigit bibir,takut keluar suara macam-macam dari mulut saya. Saya beranikan diri menghampiri Juragan. Berapa ya? Nah, kalau Simbok itu memang cantik. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Sambil berpakaian, dia ngomong ke saya.“Hehehe. Saya sudah enam bulan bunting, tapi tetap masih keliling menari… Saya seharusnya sudah berhenti. Kenapa ndak dari dulu saja, ya?Terlintas pikiran seperti itu dalam kepala saya.
