Malam pun tiba, kembali ku pinjam motor Mamat untuk pergi menjemput Rianti. Ku kenyot-kenyot susunya dengan kasar, sungguh segar sekali menikmati ABG seperti ini.Sudah hampir jam tiga subuh, Mamat pun menghentikan aksinya karena melihat Dini sudah pingsan tak berdaya. Bokep live “Tapi…” belum sempat selesai bicara, Rianti sudah menjauh, dan aku tidak mungkin mengejarnya melewati gerbang yang dijaga oleh security, apalagi pakaian ku lusuh penuh oli begini. “Dreeekkk…” suara pintu yang terasa agak keras, seperti sudah jarang dibuka. Ternyata mereka ke sana adalah dengan tujuan mempertemukan Rianti dengan pria yang telah dijodohkan orang tuanya. Kini hanya isak tangis yang terdengar, melihat perlawanannya hanya membuat birahiku memuncak tak karuan. “Dia bilang kita miskin? Berbekal belati dan penutup wajah, kami kembali mengulang kehidupan kami di dunia kejahatan. kakak kee Jakarta….” jawab gadis ABG yang sudah memasuki bangku SMA ini. Aku terpaksa membiarkannya menjauh, aku sedih bercampur malu, beberapa anak kuliah memperhatikan aku, mungkin mereka mendengar percakapan kami. Buat apa Rianti dan ibunya ke Jakarta? Dia menarik tangannya untuk lepas dari cengkramanku, “Aku tak mau berhubungan denganmu!” tegasnya tanpa mau melihat wajahku.
